Fayakhun Andriadi Peduli Pertumbuhan Ekonomi
Banyak pihak yang menilai bahwa krisis ekonomi yang dialami
Amerika Serikat beberapa tahun silam akan berdampak pada perekonomian global,
termasuk perekonomian dalam negri Indonesia. Karena itu, antisipasi dari dalam
negri harus turut diupayakan. Dalam hal ini, banyak tokoh di tanah air yang
saat itu turut memberi sumbangan pemikiran agar dampak krisis Amerika Serikat
tidak berefek panjang terhadap perekonomian Indonesia.
Fayakhun Andriadi,
Ketua DPD Golkar DKI Jakarta yang saat itu menjadi anggota DPR dari Fraksi Golkar, termasuk yang turut
berkecimpung di dalamnya. Ia mengatakan bahwa Indonesia bersama negara
berkembang lainnya perlu memperkuat konsistensi sebagai motor penggerak ekonomi
dunia. Salah satunya dengan menggenjot target laju pertumbuhan ekonomi dalam
negeri.
“Pertumbuhan ekonomi 6,7% masih rendah, momentum ini harus
dimanfaatkan dengan target yang lebih tinggi atau bisa mencapai 7%,” ungkap Fayakhun.
Untuk diketahui bahwa Bank Pembangunan Asia (ADB) saat itu
sebenarnya sudah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia hanya akan
terkena dampak minimal dari pelambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan
Eropa. Hal ini dijelaskan oleh Kepala Ekonom ADB Changyong Rhee, bahwa pihaknya
akan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun ini dan
berikutnya, khususnyau ntuknegara-negara ekonomi berkembang.
Lebih jauh, saat itu ia mengatakan, “Tentu saja perekonomian
Asia akan melambat dan kami sudah mulai melihat beberapa penurunan ekspor dari
Asia. Namun, dari semua itu, saya yakin situasi saat ini tidak seperti krisis
2008. Kami juga yakin pertumbuhan ekonomi Asia saat ini cukup kuat dan tangguh
untuk mengatasi perlambatan di negara maju,” ujar Changyong di Singapura.
Sebelumnya ADB memperkirakan ekonomi kawasan Asia akan
tumbuh 7,8% dan akan tumbuh 7,7% pada 2012. Menurut Rhee, ADB kemungkinan harus
merevisi proyeksi pertumbuhannya menjadi sedikit menurun saat merilis outlook
terbarunya.
“Tapi, selama perlambatan ekonomi tidak seperti 2008, Asia
memiliki cukup kekuatan untuk melanjutkan momentum pertumbuhan dan
tetapsebagaimesinpertumbuhan ekonomi global,” katanya.
Di sisi lain, ekonom Universitas Atmajaya A Prasetyantoko juga
turut berkomentar waktu itu. Ia mengatakan, perlambatan ekonomi Asia memang
bisa terjadi di tengah krisis yang dialami AS dan Eropa. “Apa yang terjadi di
AS dan Eropa, pastinya akan berdampak pada negara lainnya, termasuk negara
berkembang,” ujar Prasetyantoko.
Menurutnya, dengan perlambatan ekonomi AS dan Eropa akan
sangat berdampak pada sektor ekspor. Maka dari itu, kata dia, khususnya
Indonesia harus tetap menjaga stabilitas nilai tukarnya.
Komentar
Posting Komentar